penyakit pada sapi

Salah satu keberhasilan usaha peternakan sapi yaitu kesehatan ternak sapi itu sendiri. Maka dari itu, pencegahan penyakit dalam usaha peternakan sapi merupakan suatu keharusan. Hal ini dikarenakan jika timbul penyakit pada sapi maka, keuntungan yang ada di depan mata akan menghilang bahkan bisa menjadi kerugian yang besar bagi peternak. Kerugian tersebut karena biaya pengobatan yang cukup mahal, turunnya bobot badan sapi, turunnya produktivitas, bahkan hingga kematian sapi. 

Menjaga sapi tetap sehat merupakan prioritas bagi peternak agar sapi yang dihasilkan berkualitas. Jika sapi terkena penyakit peternak harus melakukan penanganan secepatnya agar penyakit tersebut tidak terlalu parah dan menyebar ke ternak sapi yang sehat. Jadi, jangan meremehkan timbulnya penyakit pada sapi! Walaupun hal tersebut dapat dicegah. Namun, melakukan pencegahan penyakit pada sapi bukanlah perkara yang mudah. Perlu langkah yang tepat agar pencegahan tersebut berhasil.

Nah, di artikel ini kami mengajak anda mengenal penyakit pada sapi. Mulai dari jenis penyakit pada sapi, penyebab penyakit, gejala, hingga cara pencegahannya.

Anda sudah penasaran, kan? Langsung saja, yuk simak artikelnya sampai selesai ya!

PMK (Penyakit Mulut dan Kuku)

Penyakit mulut dan kuku adalah penyakit infeksi virus bersifat akut dan sangat menular. Penyakit ini menyerang semua hewan atau ternak berkuku genap/ belah, seperti sapi, kerbau, kambing, domba, babi dan lain sebagainya. Tingkat kesakitan penyakit ini tinggi yaitu mencapai 100%, namun tingkat kematian/ mortalitas sangat rendah pada sapi dewasa, akan tetapi pada sapi mudah tingga kematian mencapai 50%.

Penyakit Mulut dan Kuku disebabkan oleh virus tipe A dari keluarga Picornaviridae. Masa inkubasi penyakit ini berkisar 2 – 14 hari yaitu waktu semenjak sapi tertular penyakit hingga timbul gejala penyakit. Virus ini dapat bertahan lama di lingkungan dan bertahan hidup pada tulang, kelenjar, susu, serta produk susu. Cara penularan virus ini ada beberapa cara diantaranya yaitu tersebar melalui angin, udara, daerah beriklim khusus, kontak langsung (antara hewan yang tertular dengan hewan yang rentan melalui droplet, leleran hidung, dan serpihan kulit), sisa makanan/ sampah yang terkontaminasi produk hewan seperti daging dan tulang dari hewan yang tertular, serta kontak tidak langsung (terbawa oleh manusia, mobil angkutan, peralatan, alas kandang dan lain sebagainya).

PMK dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar. Kerugian yang dialami peternak yaitu penurunan produksi susu pada sapi perah, penurunan tingkat pertumbuhan sapi potong, penurunan fertilitas dan terlambatnya sapi mengalami kebuntingan, pemusnahan ternak yang terinfeksi secara kronis, serta kematian ternak sapi.

Gejala

Sapi yang terkena penyakit mulut dan kuku akan menampakkan gejala sebagai berikut : 

  • Sapi mengalami demam tinggi yaitu mencapai 41⁰C dan menggigil.
  • Sapi terlihat lesu dan sering berbaring.
  • Keluar air liur berlebihan.
  • Sapi tidak nafsu makan.
  • Terjadi luka atau melepuh pada daerah mulut serta keempat kakinya.
  • Mengalami penurunan produksi susu pada sapi perah dan penurunan bobot badan pada sapi potong.
  • Menggosokkan mulut, leleran mulut, dan suka menendangkan kaki.

Penyakit mulut dan kuku merupakan penyakit tidak menular ke manusia (bukan penyakit zoonosis), sehingga hasil produksinya baik daging maupun susu aman untuk dikonsumsi. Namun perlu diperhatikan bahwa, daging atau susu yang akan dikonsumsi harus diolah dengan sempurna. Pengolahan ini penting, karena untuk mematikan virus yang terdapat di daging atau susu, sehingga dapat diminimalisir masuk ke dalam tubuh manusia.

Cara pencegahan

Cara pencegahan Penyakit Mulut dan Kuku pada sapi yang dapat peternak lakukan yaitu : 

  1. Melakukan desinfeksi kandang, lingkungan sekitar kandang dan peralatan secara berkala setelah selesai digunakan.
  2. Dekontaminasi yaitu semua barang yang masuk ke dalam kandang harus disanitasi dengan melakukan desinfeksi, fumigasi, atau disinari lampu ultraviolet.
  3. Jika terjadi gejala klinis penyakit, maka segera pisahkan ternak tersebut dan masukkan ke kandang isolasi yang akan ditangani langsung oleh petugas kesehatan.
  4. Musnahkan bangkai, sampah, serta seluruh produk hewan pada area yang terinfeksi.
  5. Tamu atau karyawan yang masuk ke kandang harus ganti baju lengkap dengan seragam lengkap (APD), sepatu boot, dan masker.
  6. Pemotongan hewan terinfeksi, hewan baru sembuh, dan hewan-hewan yang kemungkinan kontak dengan agem PMK.
  7. Perlindungan pada zona bebas dengan membatasi gerakan hewan, pengawasan lalu lintas, dan pelaksanaan surveilans.

Anthrax (Radang Limpa)

Penyakit pada sapi berikutnya yaitu anthrax atau radang limpa. Anthrax adalah salah satu penyakit menular yang bersifat akut pada berbagai jenis ternak. Peternak harus mewaspadai timbulnya anthrax pada sapi, karena penyakit ini bersifat zoonosis (penyakit dapat menular ke manusia). Tingkat kesakitan dan kematian pada hewan sangat tinggi, bahkan dapat mengakibatkan kematian yang mendadak pada hewan yang terkena penyakit ini.

Penyakit anthrax disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis. Bakteri ini berbentuk batang dengan ujung berbentuk persegi dan sudut-sudut yang tampak jelas, tersusun berderet, bakteri gram positif, serta dapat membentuk spora. Selain itu, faktor-faktor seperti hawa dingin, kekurangan makanan, dan kelelahan dapat mempermudah timbulnya penyakit pada hewan ternak yang mengandung spora dengan bersifat laten. Cara penularan penyakit ini pada hewan dapat diawali dari tanah yang berspora anthrax, kemudian melalui luka kulit, terhirup pernapasan, ataupun bersama pakan/ minum masuk ke pencernaan tubuh hewan dengan masa tunas berkisar 1 – 3 hari. Apabila keadaan lingkungan tetap menguntungkan, bakteri akan berkembang biak dan membentuk spora lebih banyak. 

Sedangkan penularan penyakit ini ke manusia yaitu biasanya infeksi berasal dari ternak melalui permukaan kulit terluka terutama pada orang-orang yang sering berhubungan dengan hewan ternak. Selain itu, penularannya juga dapat dikarenakan manusia mengkonsumsi daging/ limpa yang berasal dari ternak penderita anthrax. Penyakit ini mengakibatkan kerugian ekonomi yang besar yaitu diantaranya kematian mendadak hewan ternak, dapat menularkan ke manusia yang bisa menyebabkan kematian, ternak yang terkena penyakit tidak boleh dipotong, daerah yang sudah tercemar oleh kuman anthrax sulit sulit untuk diberantas.

Gejala

Gejala pada hewan ternak yang terkena penyakit anthrax yaitu antara lain : 

  • Sesak napas.
  • Ternak gemetar dan sering berbaring.
  • Sapi mengalami demam tinggi yaitu hingga mencapai 42⁰C. 
  • Sapi terlihat tidak bersemangat (lesu).
  • Terjadi pembengkakan pada lidah dan tenggorokan.
  • Produksi susu yang dihasilkan berkurang pada sapi perah.
  • Sapi mengalami kejang-kejang.
  • Dari lubang kumlah (telinga, hidung, anus, dan kelamin) keluar cairan darah encer dengan warna merah kehitaman.

Penyakit anthrax banyak terdapat di daerah-daerah pertanian, daerah tertentu yang basah dan lembab, dan juga daerah banjir. Daerah yang terserang anthrax biasanya memiliki tanah berkapur dan kaya akan bahan-bahan organik. Di daerah iklim panas, lalat penghisap darah antara lain jenis Tabanus dapat bertindak sebagai pemindah penyakit. Wabah anthrax pada umumnya ada hubungannya dengan tanah netral atau berkapur yang alkalis dan akan menjadi daerah inkubator bakteri tersebut.

Cara pencegahan

Penyakit anthrax dapat dicegah dengan beberapa cara berikut : 

  1. Pada daerah endemik/ enzootik, harus dilakukan vaksinasi setiap tahun. 
  2. Pengaturan yang ketat terhadap pemasukan ternak ke daerah tersebut.
  3. Jika ternak mati karena anthrax, maka bangkainya tidak boleh dibedah/ dibuka. Sebaiknya bangkai langsung dibakar atau dikubur sedalam 2 meter. dan ditutup kapur.
  4. Untuk hewan tersangka sakit dapat dipilih perlakuan yaitu penyuntikan antibiotik atau kemoterapeutik, penyuntikan serum, penyuntikan serum dengan dikombinasikan dengan antibiotik atau keemoteraputik. 
  5. Yang harus dilakukan manusia adalah hindari kontak langsung dan mengkonsumsi daging atau jeroan dari ternak yang terkena penyakit anthrax.

Mastitis (Radang Ambing)

Mastitis adalah istilah yang digunakan untuk radang yang terjadi pada ambing, baik bersifat akut, sub akut maupun kronis, dengan kenaikan sel di dalam air susu dan perubahan fisik maupun susunan air disertai atau tanpanya perubahan patologis pada kelenjar. Penyakit mastitis terjadi pada semua jenis mamalia, pada ternak sapi penyakit ini paling sering menyerang sapi perah.

Faktor penyebab mastitis dibedakan menjadi faktor internal dan eksternal.  Faktor internal yang dapat mengakibatkan penyakit mastitis adalah umur ternak serta produksi susu. Hal ini dikarenakan sapi yang semakin tua produksi susunya pun akan menurun dan lebih rentan terkena infeksi bakteri. Sedangkan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi mastitis adalah pencemaran, sanitasi kandang yang kurang baik menyebabkan bakteri patogen berkembang baik di sekitar kandang dan manajemen pemerahan yang kurang baik menyebabkan puting mudah kontak langsung dengan bakteri. Bakteri yang dapat menyebabkan penyakit mastitis antara lain Streptococcus agalactiae, S. dysgalactiae, S. uberis, S. zooepidermicus, Staphylococcus aureus, E. coli, Enterobacter aerogenes, Pseudomonas aeruginosa, Mycoplasma sp., Candida sp., dan Nocardia asteroides. 

Cara penularan mastitis dapat terjadi melalui tangan pemerah, peralatan yang digunakan untuk membersihkan ambing yang telah tercemar oleh bakteri. Mastitis dapat terjadi pada salah satu ambing kemudian menyebar ke ambing yang lainnya melalui tangan pemerah, maupun mesin perah apabila sapi perah diperah menggunakan mesin perah. Tidak hanya itu, penularan mastitis juga dapat terjadi melalui pancaran susu pertama yang langsung dibuang ke lantai, lantai kandang yang basah dan lembab akan mendukung pertumbuhan bakteri, apabila sapi dapat mengakibatkan bakteri masuk ke dalam puting.

Penyakit ini timbul pada sapi perah dan peternak harus mewaspadainya, karena penyakit mastitis dapat menyebabkan kerugian yang cukup besar. Kerugian tersebut diantaranya adalah produksi susu turun hingga 25%, kualitas susu yang menurun, susu terkontaminasi antibiotik sehingga susu tidak dapat dijual dan dikonsumsi, produksi susu tidak dapat mencapai maksimal, ternak sapi yang terinfeksi mastitis terkadang diafkir lebih awal.

Gejala

Ternak sapi yang terserang penyakit mastitis akan menampakkan gejala sebagai berikut : 

  • Kebengkakan pada ambing.
  • Ambing panas saat diraba.
  • Bentuk tidak simetris antara kwartir ambing kanan dan kiri.
  • Adanya respon rasa sakit saat diraba.
  • Ambing berwarna kemerahan.
  • Air susu berubah sifat, menjadi pecah, bercampur endapan atau jonjot fibrin.
  • Sapi seperti mengalami flu (meriang dan menggigil).

Cara pencegahan

Penyakit mastitis pada sapi dapat dicegah atau diminimalisir dengan cara sebagai berikut :

1. Meningkatkan sanitasi kandang

Cara pertama yang dapat peternak lakukan yaitu meningkatkan sanitasi kandang. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menyemprot kandang atau membersihkan kandang beberapa saat sebelum dilakukan pemerahan, kandang diusahakan selalu dalam keadaan bersih dan kering.

2. Penerapan higiene dan manajemen pemerahan susu yang baik

Penerapan hal ini dapat dilakukan dengan cara mencuci ambing baik sebelum maupun sesudah pemerahan dengan kain/ lap yang bersih. Kain/ lap yang digunakan harus berbeda setiap ekor sapi, pastikan juga lap tersebut telah dicuci dan didesinfeksi sebelum digunakan. Dipping atau pencelupan puting susu setelah diperah dengan iodin 1%, serta menjaga kebersihan tangan atau mesin perah.

3. Peningkatan kualitas kesehatan ternak

Cara ini dilakukan dengan memberikan pakan yang cukup. Namun, perlu diketahui bahwa pakan yang diberikan pada ternak sapi haruslah berkualitas dan bernutrisi tinggi. Selain pemberian pakan, pemberian suplementasi vitamin serta imbangan mineral (antara kobalt dan seng) perlu diupayakan untuk menekan terjadinya mastitis. 

Pink Eye (Penyakit Mata)

Penyakit pada sapi yang harus diwaspadai peternak selanjutnya yaitu pink eye. Pink eye merupakan penyakit mata menular akut pada sapi, domba, maupun kambing, biasanya penyakit ini bersifat epizootik (wabah). Penyakit ini menyerang semua tingkat umur, namun pada sapi muda lebih peka dibandingkan dengan sapi tua. Penyakit pink eye perlu diwaspadai karena bersifat epidemik dimana tempat yang telah terinfeksi dapat terjangkit kembali setiap tahunnya. Sapi yang terkena penyakit ini dapat bersifat karier.

Penyakit pink eye dapat disebabkan oleh virus, bakteri, rickettsia, dan chlamydia, tetapi yang paling sering ditemukan yaitu bakteri Moraxella bovis (M. bovis) yang bersifat hemolitik. Pada sapi selain bakteri M. bovis, dapat disebabkan juga oleh Neisseria catarrhalis. Adanya debu, lalat, atau benda asing yang mengiritasi mata, akan menjadikan bakteri ini mudah menyerang mata. Penyakit  pink eye sering terjadi pada musim kemarau/ panas dimana pada saat itu terdapat banyak debu dan meningkatkan populasi lalat Musca autumnalis sebagai vektor.  

Penularan pink eye terjadi akibat kontak langsung dengan ternak terinfeksi melalui sekresi mata atau secara tidak langsung melalui vektor lalat, debu, dan percikan air yang tercemar oleh bakteri. Memang benar penyakit pada sapi yang satu ini tidak sampai mengakibatkan kematian. Namun, kerugian yang besar tetap dirasakan oleh peternak. Kerugian tersebut dikarenakan akan menyebabkan kebutaan, penurunan berat badan, dibuangnya susu dari sapi yang terinfeksi, harga jual sapi turun, dan pengeluaran biaya pengobatan yang cukup mahal.

Gejala

Berikut adalah beberapa gejala sapi yang terinfeksi penyakit pink eye : 

  • Mata berair, kemerahan pada bagian mata yang putih dan kelopaknya.
  • Bengkak pada kelopak mata.
  • Kornea/ selaput bening mata menjadi keruh.
  • Sensitif terhadap cahaya sehingga matanya sering ditutup untuk menghindari sinar cahaya.
  • Adanya penyempitan pupil secara jelas.
  • Merahnya conjunctiva dan kekeruhan mata.
  • Kadang-kadang terjadi borok atau lubang pada selaput bening mata (kornea).

Cara pencegahan

Pencegahan penyakit pink eye dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : 

  1. Melakukan isolasi terhadap ternak yang terkena penyakit pink eye. Hal ini bertujuan untuk mencegah penularan penyakit tersebut ke ternak yang sehat.
  2. Menjaga selalu kebersihan kandang dan lingkungan sekitar kandang, terutama pada musim panas/ kemarau.
  3. Menjaga populasi kandang tidak terlalu padat.
  4. Memberikan pakan yang berkualitas.

Septicemia Epizootica (ngorok)

Septicemia epizootica (SE) atau lebih dikenal dengan sebutan penyakit ngorok adalah penyakit yang sering menyerang ternak ruminansia seperti sapi, kerbau, domba, ataupun kambing. sapi yang berumur 6 – 24 bulan lebih rentan terserang penyakit ngorok. Penyakit ini merupakan penyakit menular yang bersifat akut dan sangat fatal. Tingkat kematian akibat timbulnya penyakit ngorok pada sapi cukup tinggi yaitu 50 – 100%. Penyakit ngorok memiliki 3 bentuk yaitu bentuk busun, pektoral, dan intestinal.

Penyakit ngorok disebabkan oleh bakteri Pasteurella multocida serotype 6B dan 6E. Type B dikenal sebagai tipe I pada klasifikasi carter dan biasanya diisolasi di Asia, sedangkan type E biasanya terisolasi di Afrika. Bakteri Pasteurella multocida bersifat gram negative, berukuran relatif kecil dan sangat halus, berbentuk kokoid dan bipolar, non motil, tidak membentuk spora, dan berselubung (kapsul) yang lama kelamaan dapat hilang karena penyimpanan yang terlalu lama. 

Cara penularan penyakit ngorok biasanya melalui urine, air liur, feses, pakan, minum, dan tanah yang terkontaminasi bakteri. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi sapi terkena penyakit ngorok, faktor tersebut antara lain pemberian pakan berkualitas rendah, sapi terlalu banyak dikerjakan, kandang yang penuh dan berdesakan, stress pada sapi akibat terlalu banyak aktivitas yang dilakukan, keadaan anemia, serta kondisi lingkungan yang dingin adalah media yang sangat baik bagi bakteri Pasteurella multocida berkembang. Oleh karena itu, penyakit ini sering dijumpai pada saat musim penghujan.

Timbulnya penyakit SE atau ngorok pada sapi dapat mengakibatkan kerugian yang cukup besar. Kerugian tersebut dikarenakan penurunan berat badan, kehilangan tenaga kerja pembantu, kematian mendadak pada ternak. Selain itu, peternak sering terpaksa harus menjual ternaknya di bawah harga untuk dipotong termasuk diantaranya yang masih berguna bagi peternakan untuk menghindari kerugian akibat kematian ternak.

Gejala

Sapi yang terserang penyakit Septicemia Epizootica atau ngorok akan timbul beberapa gejala diantaranya yaitu : 

  • Sapi terlihat lesu (biasanya lebih banyak diam dan sering berbaring).
  • Karena menyerang saluran pernapasan, sapi akan sulit bernapas dan akan terdengar seperti ngorok.
  • Suhu tubuh tinggi (demam) hingga mencapai 41⁰C.
  • Feses akan encer dan ada beberapa kasus ada yang berdarah.
  • Adanya pembengkakkan pada daerah tertentu.
  • Langsung timbul kematian mendadak.
  • Sapi tidak ingin makan.
  • Gemetar, mata sayu, dan berair.

Cara pencegahan

Pencegahan penyakit ngorok dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut : 

  1. Untuk daerah yang tertular, ternak sehat divaksin dengan vaksin oil adjuvant, sedikitnya setahun sekali dengan dosis 3 ml secara intra muskuler.
  2. Lakukan vaksinasi ternak secara rutin, meskipun pada saat tidak ada kejadian penyakit.
  3. Perhatikan dengan benar sanitasi kandang dan lingkungan peternakan sapi.
  4. Lakukan pemeriksaan dan karantina pada setiap sapi yang baru datang.

Brucellosis

Brucellosis adalah penyakit hewan menular yang secara primer menyerang sapi, kambing, babi, dan hewan lainnya. Pada sapi penyakit brucellosis dikenal dengan sebutan penyakit keluron menular atau penyakit bang. Penyakit brucellosis bersifat zoonosis yaitu penyakit ini dapat menular dari hewan ke manusia dan biasanya sulit diobati, sehingga sampai saat ini brucellosis merupakan zoonosis penting dan strategis. 

Brucellosis yang menimbulkan masalah pada ternak ada 3 spesies yaitu Brucella melitensis, Brucella abortus, dan Brucella suis. Pada sapi sendiri penyakit brucellosis disebabkan oleh bakteri Brucella abortus dan Brucella suis. Namun, bakteri Brucella suis juga dapat menyebabkan penyakit brucellosis pada babi, sedangkan bakteri Brucella melitensis menyebabkan penyakit brucellosis pada ternak kambing. Bakteri Brucella bersifat gram negatif, berbentuk batang halus, tidak bergerak, tidak berspora, dan bersifat aerob. 

Penularan dapat terjadi pada hewan ternak baik jantan maupun betina. Penularan pada hewan ternak dapat melalui saluran pencernaan, saluran kelamin, dan mukosa. Namun, perlu diketahui bahwa penularan yang utama terjadi akibat peralatan kandang, pakan dan minum yang telah terkontaminasi oleh bakteri Brucella melalui jilatan hewan ternak dan cairan berupa selaput janin yang keluar melalui rahim. Selain itu, dapat ditularkan melalui luka yang bersentuhan dengan kulit ternak yang telah terinfeksi bakteri Brucella. Induk sapi dapat menularkan penyakit ini ke anaknya (pedet) melalui air susu. Sedangkan penularan penyakit brucellosis pada manusia biasanya terjadi setelah mengkonsumsi daging yang telah terinfeksi dan daging tersebut tidak diolah dengan suhu tinggi sehingga bakteri belum mati dan peternak yang berada di dalam kandang menyentuh alat-alat yang sudah terkontaminasi bakteri Brucella.

Jika ternak sapi yang terserang penyakit ini maka, peternak akan mengalami kerugian yang besar, meskipun tingkat mortalitas (kematian) rendah. Kerugian tersebut antara lain  anak sapi yang dilahirkan akan lemah kemudian mati, terjadinya gangguan alat-alat reproduksi, turunnya produksi susu pada sapi perah, dan mengakibatkan kemajiran (mandul) permanen.

Gejala

Sapi yang terserang penyakit Brucellosis akan timbul gejala sebagai berikut : 

  • Pada sapi jantan terjadi pembengkakan pada testis dan persendian lutut.
  • Nafsu makan menurun.
  • Menurunnya bobot badan ternak (kurus).
  • Keluarnya cairan bernanah dari vagina.
  • Cairan janin yang keluar waktu terjadinya keluron berwarna keruh.
  • Terjadi keguguran (abortus).
  • Pada sapi perah mengalami penurunan produksi susu secara tiba-tiba.

Cara pencegahan

Ada beberapa cara untuk mencegah penyakit Brucellosis, peternak dapat melakukan pencegahan dengan cara sebagai berikut : 

  1. Sisa-sisa abortus/ keguguran yang bersifat infeksius dihapus hamakan dengan membakar fetus dan plasenta.
  2. Vagina yang mengeluarkan cairan harus diirigasi (didesinfektan/ antibiotik) selama 1 minggu.
  3. Hindarkan perkawinan antara pejantan dengan betina yang mengalami keluron.
  4. Kandang ternak penderita dan peralatannya harus dicuci dan dihapus hamakan, serta ternak pengganti jangan segera masuk.
  5. Anak yang lahir dari induk penderita brucellosis, sebaiknya diberi susu dari ternak lain yang sehat (bebas dari penyakit brucellosis).

Salmonellosis

Salmonellosis adalah penyakit menular pada hewan yang harus diperhatikan peternak. Penyakit salmonellosis menimbulkan kekhawatiran di masyarakat sebagai konsumen dari hasil produksi peternakan sapi. Karena penyakit ini bersifat zoonosis, artinya yaitu dapat menular dari hewan ke manusia atau sebaliknya. Penyakit salmonellosis bersifat endemik, maksudnya penyakit dapat terjadi kembali pada tempat/ daerah yang yang pernah terinfeksi. Kecenderungan peningkatan penyakit disebabkan karena adanya pencemaran lingkungan dan sanitasi yang kurang baik. Angka morbiditas (kesakitan) tinggi yaitu mencapai 80%, sedangkan angka mortalitas (kematian) yaitu 10 – 20%.

Penyakit salmonellosis disebabkan oleh bakteri Salmonella. Salmonella adalah bakteri berbentuk batang langsing, tidak berspora, tidak berkapsul, bersifat motil, dan bersifat gram negatif. Jalur utama penularan salmonellosis berlangsung melalui saluran pencernaan. Baik makanan atau minuman yang sudah tercemari bakteri Salmonella jika dikonsumsi manusia ataupun hewan akan dapat tertular penyakit ini. Selain itu, kebersihan lingkungan peternakan yang tidak dijaga, pemasukkan hewan terinfeksi atau karier, penggembalaan pada satu tempat (tidak melakukan rotasi), dan feses yang dikeluarkan oleh hewan ternak juga dapat menjadi media penularan bakteri Salmonella. Pada manusia penyakit salmonellosis juga dapat disebabkan karena mengkonsumsi produk peternakan baik susu maupun daging yang terkontaminasi bakteri salmonella atau melakukan kontak langsung dengan hewan penderita penyakit tersebut. Penderita Salmonellosis baik manusia atau hewan masih mengekskresikan bakteri 3 – 4 bulan meskipun sudah dinyatakan sembuh. 

Ternak sapi yang terkena penyakit ini akan menyebabkan peternak mengalami kerugian yang cukup besar. Kerugian tersebut diantaranya yaitu penurunan produksi ternak, abortus (keguguran), kematian neonatal, pengafkiran bahan makanan yang tercemar bakteri, dan kematian sapi.

Gejala

Gejala ditimbulkan pada sapi yang terkena penyakit salmonellosis yaitu antara lain : 

  • Menurunnya nafsu makan.
  • Tubuh sapi terlihat tidak bertenaga (lesu).
  • Produksi menurun pada sapi perah.
  • Sapi mengalami diare, dimana feses encer mengandung darah dan lendir.
  • Sapi yang sedang bunting dapat terjadi abortus/ keguguran.
  • Suhu badan tinggi (demam).
  • Menurunnya bobot badan (kekurusan).
  • sapi akan mengalami dehidrasi.

Cara pencegahan

Peternak dapat melakukan pencegah penyakit Salmonellosis pada sapi dengan cara sebagai berikut : 

  1. Vaksinasi dengan vaksin aktif.
  2. Tindakan sanitasi terhadap kandang, peralatan, dan lingkungan peternakan.
  3. Diadakan rotasi tempat penggembalaan (pasture rotation).
  4. Ternak sapi diberi pakan yang baik dan berkualitas, serta ditambahkan vitamin B atau Niacin. Dengan ini dapat menghindari penyakit salmonellosis.
  5. Pemberantasan hewan pembawa penyakit (seperti serangga, hewan pengerat, dan burung liar) harus dilakukan secara rutin.

Anda sudah tahu penyakit pada sapi, kan?

Penyakit pada sapi merupakan masalah kesehatan pada ternak sapi yang dapat menyebabkan kerugian cukup besar bagi peternak. Untungnya di artikel ini, anda telah mengetahui dan memahami beberapa macam penyakit pada sapi. Mulai dari jenis penyakit pada sapi, penyebab serta gejala-gejala setiap penyakit, hingga cara pencegahan setiap pencegahan penyakit pada sapi. 

Nah, salah satu cara pencegahan penyakit pada sapi yaitu dengan memberikan pakan yang baik dan berkualitas. Tidak hanya itu, pakan yang diberikan pada ternak haruslah mengandung nutrisi seimbang. Pasalnya, dengan memberikan pakan dengan nutrisi seimbang dapat menjaga kesehatan ternak sapi. Dan jika kebetulan anda sedang mencari pakan yang berkualitas dengan kandungan nutrisi seimbang, pas sekali anda sedang berkunjung disini. 

Kami – PT Sinta Prima Feedmill memproduksi dan menjual pakan tersebut, pakan buatan dari kami berguna untuk sapi potong maupun sapi perah. Anda dapat menemukan produk kami di pasaran dengan bertandakan merek MAHESA untuk sapi potong dan tanda LAKSITA untuk sapi perah. Atau anda juga bisa memesannya melalui Whatsapp kami di nomor 0813-8401-2779. Jangkauan pengiriman kami mencakup seluruh wilayah Indonesia dengan pelayanan yang cepat, akurat, dan terpercaya. Selain itu, kami juga memberikan layanan konsultasi gratis bagi peternak yang ingin konsultasi seputar peternakannya.

Demikian artikel ini, semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan anda. Yuk, jaga kesehatan ternak sapi anda sekarang juga! Sapi yang sehat tentunya akan memberikan keuntungan yang lebih, baik dari hasil produksi (daging dan susu) maupun kualitas sapi itu sendiri. Sekian dari kami, sampai jumpa di kesempatan lainnya!

 

Comments are disabled.