Usaha peternakan di Indonesia khususnya sapi perah sudah mulai berkembang pesat. Sapi perah adalah salah satu hewan ternak penghasil susu, tingginya produksi susu yang dihasilkan mampu menyuplai sebagian besar kebutuhan susu di dunia. Jika dibandingkan dengan jenis ternak penghasil susu yang lain seperti kambing, domba, dan kerbau, maka sapi perah mempunyai kontribusi besar terhadap pemenuhan kebutuhan susu yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Namun, populasi ternak belum mencapai peningkatan yang signifikan. Kurangnya populasi ternak disebabkan karena efisiensi reproduksi yang belum berjalan dengan baik.

Pengertian calving interval

Penetapan efisiensi reproduksi suatu ternak dilakukan dengan cara pengamatan komponen pendukungnya yaitu calving interval (CI). Calving Internal (CI) merupakan jumlah hari atau bulan antara kelahiran yang satu dengan kelahiran berikutnya yang sangat berpengaruh terhadap efisiensi reproduksi sapi perah. Calving interval yang bermasalah dan dapat merugikan peternak adalah >14 bulan. Jika calving interval terlalu panjang, maka akan mempengaruhi panjang masa laktasi dari sapi perah sehingga akan mengurangi efisiensi produksi susu yang dihasilkan.

Lantas kapan waktu calving interval yang tepat?

Calving interval sapi perah yang tepat dan baik adalah 12 bulan atau 1 tahun. Selang beranak yang pendek merupakan suatu parameter efisiensi reproduksi yang diinginkan oleh peternak sapi khususnya peternak sapi perah. Karena selang beranak yang pendek akan mempercepat proses masa kosong dan masa kering sehingga produksi susu periode selanjutnya tetap maksimal. Selang beranak yang lebih pendek menyebabkan produksi susu per hari menjadi lebih tinggi dan jumlah anak yang dilahirkan pada periode produktif menjadi lebih banyak. 

Faktor yang mempengaruhi reproduksi

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi buruknya efisiensi reproduksi salah satunya adalah umur ternak. Pada ternak yang berumur semakin tua akan mengalami penurunan produktivitas setelah mencapai produktivitas optimal. Hal ini dikarenakan status fisiologis dan hormonal yang menurun sehingga dapat menggangu kemampuan reproduksi ternak pada saat ovulasi, estrus, fertilitas, dan mempertahankan kebuntingan. 

Cara meningkatkan produksi susu sapi

Berbagai upaya dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi susu yaitu dengan penyesuaian lingkungan, peningkatan mutu genetik, dan perbaikan manajemen pemeliharaan. Peningkatan mutu genetik dan perbaikan manajemen pemeliharaan dapat memperbaiki efisiensi reproduksi. Gangguan reproduksi dapat mengakibatkan menurunnya produktivitas pada sapi. Efisiensi reproduksi menjadi tolak ukur keberhasilan produktivitas dan keberhasilan peternakan. Efisiensi reproduksi yang buruk ditandai dengan interval kelahiran yang lebih panjang, peningkatan jumlah sapi yang diafkir karena gagal bunting, serta penurunan produksi susu. 

Dari uraian di atas diharapkan agar peternak dapat meningkatkan produksi susu dan kualitas susu di masa yang akan datang. Dengan cara memprediksi produksi dan kualitas susu berdasarkan data calving internal yang sudah ada. Selamat berkarya, salam sukses. Terimakasih.

Comments are disabled.