Musim penghujan membawa berkah sendiri untuk masyarakat antara lain persediaan air melimpah, udara menjadi sejuk, dan tumbuhan termasuk hijauan pakan ternak mulai tumbuh, tunas, bersemi, dan berkembang. Namun, saat hujan datang peternak juga perlu waspada akan bahaya penyakit yang menyerang hewan ternak khususnya ternak sapi.

Karena pada musim hujan kelembaban kandang akan meningkat maka perkembangan virus, bakteri, parasit, dan jamur akan semakin meningkat juga. Dan penyebaran penyakit tidak hanya dari vektor pembawa penyakit (nyamuk, lalat, tikus) saja namun, penyebaran langsung juga akan terjadi.

Untuk mengetahui penyakit apa saja yang dapat timbul pada sapi saat musim hujan, yuk simak penjelasan lengkapnya di artikel ini.

1. Cacingan

Cacingan atau disebut juga dengan Helminthiasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing. cacing merupakan endoparasit yang artinya makhluk hidup yang menumpang hidup di dalam tubuh inang dan menyebabkan kerugian pada inang tersebut. Penyakit ini menyebabkan kerugian ekonomi yang cukup besar di bidang peternakan.

Kerugian yang diakibatkan penyakit cacingan antara lain, penambahan berat badan tidak optimal, terhambatnya pertumbuhan pada hewan muda, penurunan kualitas produk hewani seperti daging dan susu. Cacingan termasuk penyakit zoonosis yang artinya penyakit pada hewan yang dapat ditransmisikan pada manusia.

Jenis-jenis cacing yang menginfeksi hewan ternak dibagi menjadi 3 yaitu :

  1. Cacing pita
  2. Cacing gilig
  3. Cacing pipih

Sapi dapat terinfeksi cacing karena tidak sengaja menelan telur atau larva cacing dari lingkungan (tanah, pakan, maupun air). Atau dapat juga tertular melalui air susu induk yang mengandung larva cacing. Organ target infeksi cacing pada tubuh sapi bervariasi, antara lain, mata, hati, jantung, paru-paru, otot, otak, saluran pencernaan dan lain sebagainya.

Cara mencegah penyakit cacingan yaitu sebagai berikut :

  1. Pemberian ransum/ pakan yang berkualitas dengan jumlah yang cukup.
  2. Menghindari sapi terlalu padat di dalam kandang.
  3. Memisahkan antara sapi muda dan sapi dewasa.
  4. Memperhatikan konstruksi dan kebersihan lingkungan.
  5. Menghindari tempat penggembalaan yang becek dan penggembalaan terlalu pagi.
  6. Melakukan rotasi padang penggembalaan.

2. Ingusan

Di Indonesia penyakit ingusan atau malignant catarrhal fever (MCF) merupakan salah satu penyakit yang banyak menimbulkan kerugian ekonomi karena bersifat fatal, terutama pada sapi dan kerbau. Penyakit ingusan ditularkan melalui virus gamma herpesvirinae dan penularan virus dari ternak jenis domba. Biasanya menyerang sapi yang sering digembalakan bercampur dengan ternak lain seperti domba atau kambing.

Biasanya domba yang sudah terserang tidak menunjukkan gejala apapun, tetapi meninggalkan virus tersebut melalui bekas pakan yang telah dikunyah dan dimuntahkan kembali sehingga sapi yang makan bekas makanan tersebut akan terkena penyakit ingusan.

Ciri-ciri sapi terkena penyakit ingusan antara lain :

  1. Timbul cairan pada hidung dan mata ternak yang lama-lama akan berubah dari encer menjadi kental.
  2. Bagian moncong kering dan terkadang mengeluarkan nanah.
  3. Sapi berjalan sempoyongan dan lemah, jaringan tubuh rusak dan sapi terlihat kurus.
  4. Ternak mulai terlihat meneteskan air liur.
  5. Jika dibiarkan sapi akan lumpuh total dan mati.

Penyakit ingusan dapat dicegah dengan cara :

  1. Jangan sering menggembalakan sapi bersamaan dengan domba atau kambing.
  2. Jauhkan kandang sapi dengan kandang domba atau kambing yang baru datang dan belum divaksin.
  3. Jaga kebersihan dan sanitasi kandang.
  4. Kontrol kebersihan pakan yang akan dikonsumsi sapi.

3. Demam Tiga Hari

Demam Tiga Hari atau disebut juga dengan Bovine Ephemeral Fever (BEF) merupakan penyakit sapi yang bersifat akut yang disertai demam, dengan angka kesakitan yang tinggi, akan tetapi angka kematiannya rendah. Penyakit yang dikenal di kalangan peternak sebagai flu sapi ini, sebenarnya tidak memberikan dampak ekonomis yang berarti. Penyakit demam tiga hari disebabkan oleh Arbovirus, namun vektor yang pasti belum dapat ditentukan. Nyamuk dan lalat pasir dicurigai sebagai vektor, sedangkan Culicoides dianggap sebagai vektor yang paling mungkin.

Gejala klinis yang sering ditemukan yaitu berupa demam, dengan kenaikan suhu 2°- 4°C dari suhu normal, dalam jangka waktu 1-4 hari. Sapi kelihatan gemetar (tremor), kehilangan nafsu minum, frekuensi respirasi dan jantung yang meningkat, dan sering kali disertai dengan diare.

Pada sapi yang sedang berproduksi, terjadi penurunan produksi air susu yang sangat drastis. Keluarnya cairan (eksudat) dari hidung dan mata, hipersalivasi, atoni rumen. Kepincangan terlihat sehari sesudah demam, kepincangan dapat berpindah-pindah dari satu kaki ke kaki yang lainnya. Beberapa sapi masih sanggup berdiri, tetapi apabila penyakit berlangsung hingga 1 minggu akan berlanjut menjadi paresis.

Penyakit demam tiga hari dapat dicegah dengan cara :

  1. Menjaga kebersihan ternak dan lingkungannya.
  2. Berikan vitamin secara rutin minimal sebulan sekali pada sapi untuk memperbaiki kondisi umum.
  3. Sebelum diberikan pada sapi, rumput dilayukan terlebih dahulu.
  4. Melakukan program vaksinasi untuk meningkatkan kekebalan terhadap penyakit BEF.
  5. Sanitasi dan higienitas kandang.

4. Belatungan

Belatungan atau myasis adalah infestasi larva lalat pada jaringan tubuh hewan hidup. Larva atau yang biasa disebut dengan nama belatung ini hidup dari makanan yang berupa jaringan hidup, jaringan nekrotik, atau bahan makanan yang sedang dicerna di dalam saluran pencernaan induk semang pada kasus myasis saluran pencernaan.

Diantara berbagai jenis myasis, yang terpenting adalah myasis yang bersifat obligat, yaitu yang belatungnya hanya terdapat pada jaringan hewan hidup saja, tidak pada bangkai. Untuk itu maka, penyakit myasis harus diawali dengan adanya luka pada tubuh sapi seperti luka terkena kawat, luka terkena besi, luka karena gigitan serangga, dan bisa juga dikarenakan adanya perkelahian antar ternak. Dengan adanya luka pada tubuh ternak dapat menjadi infestasi larva lalat C. bezziana yang mengakibatkan terjadinya myasis pada tubuh ternak. Infestasi sedemikian ini dapat menimbulkan berbagai derajat kelainan, dari yang hampir tanpa gejala hingga kematian.

Luka myasis pada hari pertama masih kelihatan segar dengan darah merembes keluar. Namun setelah terjadinya infeksi sekunder, luka ini dapat berubah menjadi borok busuk dengan bagian-bagian jaringannya melepas. Dengan semakin parahnya luka, hewan biasanya mulai menderita kesakitan dan berkurangnya nafsu makan, pada akhirnya mengakibatkan turunnya bobot badan sapi secara drastis. Kondisi tubuh yang jelek dengan luka busuk ini biasanya menyebabkan sapi itu kurang laku dijual, sehingga terpaksa harus dipotong atau dijual dengan harga jauh dari harga pasaran.

5. Kembung

Kembung sering disebut juga bloat adalah terjadinya penumpukan gas yang berlebihan pada perut bagian kiri sehingga kelihatan lebih menonjol. Keadaan ini membuat sapi tidak nyaman. Kembung pada sapi apabila tidak dilakukan penanganan dengan cepat dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu, sejak terlihat gejala kembung pada sapi harus segera ditangani untuk mengantisipasi akibat buruk yang terjadi.

Penyebab kembung pada sapi adalah akibat adanya kegagalan pengeluaran gas secara normal, misalnya tertutupnya saluran pencernaan. Penyebab lain terjadinya kembung yaitu akibat proses pembentukan gas dari makanan dalam lambung terlalu cepat, kembung juga dapat terjadi akibat memakan pakan yang mudah difermentasi seperti memakan terlalu banyak hijauan muda, memakan terlalu banyak rumput yang masih basah, dan memakan biji-bijian maupun buah polong-polongan terlalu banyak.

Gejala-gejala jika sapi terkena penyakit kembung antara lain, ternak gelisah, perut bagian kiri atas menggembung (seperti ada ruang kosong di dalam perut sapi), sakit saat bernafas, menghentak-hentakan kaki, nafsu makan menurun, dan apabila perut sapi ditepuk suara mirip kendang.

Pencegahan penyakit kembung/ bloat pada sapi dapat dilakukan antara lain :

  1. Pemberian komposisi pakan antara rumput dan leguminosa sesuai porsinya yang benar.
  2. Memberikan pakan hijauan yang telah dilayukan ke ternak sapi.
  3. Beri hijauan kering selama musim hujan sebelum dilepas di padang penggembalaan.
  4. Jangan menggembalakan ternak terlalu pagi karena rumput masih basah.
  5. Hindari pemberian rumput/ hijauan terlalu banyak.

Mengantisipasi penyakit sapi saat musim hujan menggunakan pakan berkualitas

Di artikel ini, anda sudah mengetahui berbagai macam penyakit yang dapat timbul pada sapi saat musim hujan.

Jadi anda harus lebih memperhatikan kesehatan sapi saat musim penghujan. Sapi yang terkena penyakit mengakibatkan turunnya produktivitas dan pada akhirnya keuntungan anda dapat menurun.

Penyakit-penyakit diatas dapat diantisipasi dengan cara pemberian pakan yang berkualitas. Supaya sapi anda selalu sehat, anda bisa memberikan pakan berkualitas dengan kandungan nutrisi seimbang. Mahesa dan Laksita adalah jawabannya, kedua produk ini sudah sesuai dengan SNI dan sudah diformulasikan oleh ahli gizi hewan ternak.

Jadi, tunggu apa lagi? Yuk jaga kesehatan sapi anda dengan memberikan pakan yang berkualitas yaitu Mahesa dan Laksita produksi dari PT Sinta Prima Feedmil.

 

Comments are disabled.